Friday 3 August 2018

THE SEER OF POSISIBILITIES (KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN SANG PERAMAL)

Terkadang, makhluk dunia lain menemukan cara yg menarik untuk mencoba berkomunikasi denganmu. Mereka mungkin menggunakan Ouija Board, atau mungkin datang dalam mimpimu, atau terkadang mereka berbicara melalui orang lain. Mereka mempunyai cara dan gaya masing-masing. Salah satu dari mereka yg berkomunikasi dengan Jack menghubunginya melalui komputer, atau aku rasa kamu bisa menyebutnya dengan komunikasi via chat. Saat pertama kali terjadi, Jack sedang duduk di depan komputernya memainkan Solitaire. Lampu merah berkedip dari routernya menandakan koneksi internetnya down lagi. Ini terjadi setidaknya seminggu sekali, dan Jack sudah mulai terbiasa. Saat dia memindahkan kartu di game-nya, layar monitor mendadak berubah jadi hitam dan sebuah teks berwarna merah muncul.


"Hai, Jack. Aku butuh bantuanmu. Kamu sangat spesial dan aku tau kamu akan membantuku. Aku tidak bisa meminta bantuan ke sembarang orang, jadi aku sangat butuh dirimu."

Jack terdiam sesaat, lampu merah masih berkedip di routernya. "Apakah ini lelucon?" Dia bertanya-tanya.

Beberapa saat kemudian pesan itu berlanjut, "Benar, Jack. Aku tau ini sangat aneh bagimu. Tapi aku tidak ingin kamu khawatir. Ini hanya permintaan kecil dan mudah. Aku jamin kamu akan mendapatkan imbalan."

Jack mulai panik, dia mengulurkan tangan dan mencabut kabel internet seluruhnya dari dinding.

"Masih disini, Jack. Aku tidak akan membuang waktumu lagi jadi aku akan langsung saja. Besok saat kamu akan berangkat kerja, aku ingin kamu memindahkan pot besar di sebelah lift yg ada di lantai dasar. Yg harus kamu lakukan adalah menariknya dari dinding sejauh 3 inchi. Jika kamu melakukannya pukul 08.17 pagi, tidak akan ada seorangpun di sekitar situ."

Jack masih duduk, menolak untuk merespon, masih mencoba memahami apa yg sedang terjadi.

Pesan itu berlanjut,"Dengar Jack, aku meminta bantuanmu karena AKU TAU kamu akan melakukannya. Kamu tidak akan mengecewakanku. Kamu spesial. Kita akan ngobrol lagi besok."

Jack menarik kabel listrik dari dinding dan layar pun mati. "Apa yg barusan terjadi ?!"pikirnya.

Masih terguncang dari kejadian tadi, Jack memilih untuk mandi dan tidur, meyakinkan diri bahwa dia mengalami mimpi yg gila atau lelucon yg tidak lucu. Tapi siapa yg akan memainkan lelucon seperti itu? Dia tidak punya teman, ataupun musuh.

Dia bangun esok paginya dengan perasaan yg segar. Pekerjaannya di mulai pukul 08.30 pagi, dan Jack tidak pernah datang terlambat. Dia tiba di tempat parkir pukul 08.10 pagi. Biasanya dia langsung naik ke kantornya, tapi pesan itu memintanya memindahkan pot pukul 08.17 pagi. Apakah dia benar-benar akan melakukannya? Ketakutannya semalam berubah menjadi rasa penasaran. Katakanlah dia memindahkan pot itu, dia tidak melakukan sesuatu yg salah atau ilegal, kan ?! Dalam pikiran Jack, hal yg paling benar sekarang adalah memindahkan pot tanaman itu. Dia akan melakukannya, tidak akan ada yg terjadi, dan dia akan meninggalkan semua hal gila ini di belakangnya. Satu menit sebelum pukul 08.17 pagi Jack meninggalkan mobilnya dan masuk ke gedung. Dia memasuki lobi tepat pada waktunya. Pesan itu benar, tidak ada seorangpun disana.

"Aneh," pikir Jack. Gedung ini biasanya sangat ramai di jam-jam ini, tapi jeda sementara ini sudah diprediksi dengan sangat akurat.

"Baiklah, kita lihat apa yg akan terjadi." Jack bicara pada dirinya sendiri.

Dia berjalan ke pot tanaman besar yg berada di antara dua lift gedung bertingkat sepuluh itu. Tanamannya terlihat palsu, dekorasi yg setiap hari orang lewati tanpa memperhatikan. Pot itu lebih berat dari perkiraan Jack. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik pot tanaman itu sejauh tiga inchi. Dia berdiri menatap tanaman itu, lalu melihat ke sekeliling lobi. Orang-orang mulai berdatangan dan lobi itu terisi kembali. Tidak ada yg menyadari kalau pot tanaman ini sudah berpindah tempat, tidak ada yg berbeda sama sekali. Jack melewatkan lift berikutnya dan menunggu.. menunggu sesuatu. Tapi tidak ada yg terjadi. Akhirnya Jack masuk ke lift menuju lantai 7, ke tempat kerjanya seperti biasa.

Jika kamu bertanya pada teman kerja Jack mengenai dirinya, kamu akan mendengar bahwa Jack sangat sopan, pendiam, penuh hormat dan kompeten. Kata-kata itu sangat akurat, dan mereka akan menambahkan bahwa Jack tidak menyukai kebanyakan orang. Bukan berarti dia tidak menyukai mereka, hanya saja dia tidak tertarik untuk mengenal mereka ataupun menjadi teman mereka, terkecuali satu orang. Allie, seorang gadis yg duduk dua Cubicle darinya, adalah satu-satunya orang yg ingin Jack kenal lebih dekat. Dengan senyumnya yg lebar, rambut pirang, sosok yg cantik yg membuat Jack sangat tertarik. Terlepas dari kurang berhasilnya hubungan Jack dengan wanita di masa lalu, mengenal gadis itu sangatlah pantas untuk dicoba. Setiap hari saat Jack melewati cubicle gadis itu, dia akan berhenti untuk mengajaknya mengobrol. Obrolan yg awalnya satu menit, dua menit, menjadi beberapa menit. Jack terkejut karena sepertinya gadis itupun menyukainya.

Di pagi yg biasa ini, mereka hanya ngobrol beberapa menit. Ketika mereka sedang saling menyapa dan membahas malam Allie yg liar, pintu lift di belakang mereka terbuka. James Bentley keluar tertatih-tatih, dia adalah bos Jack dan Allie.

Keluhan keras yg keluar mulut James memenuhi seisi kantor, "Sial, kakiku!"

"Ada apa James ?!" pertanyaan-pertanyaan berupa gumaman terdengar.

"Itu, tanaman sialan yg ada di lobi. Kakiku masuk diantara pot dan terkilir."

"James, kamu hampir tidak bisa berjalan. Kamu harus segera ke rumah sakit." Allie terdengar khawatir.

"Tidak bisa. Aku punya meeting sepanjang hari ini yg tidak bisa ditinggalkan. Aku hanya harus menahannya."

Jack yg merasa tercengang meninggalkan bilik Alli dan duduk tenggelam di kursinya. Itu salahnya, dia sangat yakin. Bagaimana dia bisa begitu bodoh dan ceroboh?! Tapi tidak ada gunanya mengkhawatirkan itu sekarang. Kaki James yg terkilir akan sembuh, dan semuanya akan baik-baik saja.

Sesampainya di rumah, Jack menghampiri komputernya dan menyalakannya. Segera setelah dinyalakan, layar kembali hitan dan pesan lain muncul.

"Bagaimana harimu, Jack?!"

Jack duduk disana, memandang layar, tidak tau harus menjawab apa. Pesan di layar berlanjut, "Sebenarnya, aku tau apa yg terjadi hari ini, tapi jangan bilang aku tidak sopan. Kamu pasti bertanya-tanya apa yg terjadi. Kamu ingin tau kenapa kaki James Bentley harus terkilir. Well Jack, rangkaian permainan ini belum selesai. Aku tidak ingin memberitaumu banyak hal lebih awal, tapi dalam waktu singkat semua ini akan masuk akal. Besok, pergilah bekerja seperti biasa. Jangan khawatirkan apapun, Jack. Kamu akan mendapatkan imbalan. Kamu spesial. Kita akan ngobrol lagi besok."

Jack duduk kembali. Apa yg sedang terjadi? Siapa yg mengiriminya pesan? Keingintahuannya memuncak, Jack tidak sabar ingin melihat apa yg terjadi selanjutnya.

Besoknya di tempat kerja semuanya biasa saja. Jack sadar pot bunga sudah kembali ke tempatnya seperti semula, sepertinya oleh petugas kebersihan. James Bentley muncul sesaat setelah jam makan siang, pincang dan bertumpu pada satu kakinya yg sehat.

"Kaki ini membunuhku!" Jack mendengar gerutuannya, tapi sepertinya James masih mengikuti meeting yg tidak bisa ia lewatkan. Tidak sampai pukul 03.00 sore, Jack melihatnya lagi. James, yg sepertinya paling menyukai Allie daripada pegawainya yg lain, menghampiri biliknya dengan tertatih.

"Allie, kamu sedang tidak ada kerjaan, kan?!"

"Um, tidak. Sepertinya tidak ada yg mendesak sampai besok."

"Bagus, bisakah kamu mengantarku ke Dokter ?! Harusnya aku pergi kemarin, tapi tidak sempat. Sakit ini rasanya membunuhku dan sepertinya aku tidak bisa menyetir sendiri. Tadi pagi aku bisa menyetir sampai sini, tapi sekarang sepertinya aku bahkan tidak bisa menginjak pedal gas. Kamu bisa memakai mobilku jika mau."

"Baiklah James, aku tidak keberatan." Allie berbalik menghadap Jack dan mengucapkan perpisahan. "Sampai jumpa besok, Jackie." Allie memakai mantelnya sambil mengikuti James yg tertatih keluar. Di tengah jalan dia berbalik ke arah Jack dan memberinya senyuman kecil. Jack merasa lebih kesepian saat melihat Allie pergi.

Sepuluh menit kemudian mereka mendengar sebuah kecelakaan. Semua itu didahului oleh suara raungan keras dari 18 klakson mobil yg berbeda dan decitan rem. Suara benturan dua buah benda logam memekakkan telinga. Bahkan dari lantai 7, suara itu terdengar sangat jelas. Mereka semua berlari ke arah jendela.

"Apakah itu mobil James ?!" Salah seorang dari mereka bertanya.

"Sulit untuk memastikannya dari atas sini,"seseorang menjawab. "Mobilnya hancur."

"Tidak, tidak, tidak." pikir Jack. "Semua ini tidak mungkin terjadi."

Sambil gemetar, dia berlari keluar kantor bersama beberapa orang. Beberapa dari mereka menangis. Ketika dia bergabung dengan sekumpulan orang yg berkerumun di tempat kejadian, Jack bisa mendengar suara sirene dari jauh. Jack melihat melewati orang-orang, mobil James telah ditabrak di sana-sini oleh 18 mobil  berbeda, para pengemudinya terlempar keluar ke trotoar dan tidak bergerak. James duduk di kursi penumpang, tak bergerak dengan ekspresi terkejut di wajahnya yg penuh darah. Jack tak tau apakah dia masih hidup atau sudah mati. Sisi pengemudi tempat Allie duduk, Allie terjepit. Ruang yg ditempatinya terpadatkan menjadi sepertiga ukuran aslinya. Kepalanya hancur, tubuhnya menekuk patah dan babak belur. Kerumunan orang tercengang. Air mata, jeritan, sirene; hanya itu yg bisa di dengar Jack. Tanpa kembali ke kantor, Jack berlari kemobilnya, pulang dengan keadaan sedih dan marah.

Dia langsung menuju ke komputernya. Disana komputer itu duduk, dia ingin menyalakannya, tapi takut dengan apa yg akan dia ketahui. Apakah dia benar-benar bertanggung jawab atas kematian Allie? Seluruh rangkaian kejadian ini berawal dari dirinya. Dia tahu dia yg harus disalahkan. Jack meraih tombol power, tapi kemudian mengurungkan niatnya. Setelah beberapa menit, Jack akhirnya berhasil mengumpulkan keberaniannya. Layar berkedip kemudian berubah menjadi hitam, dan teks yg sudah dia kenal muncul di layar.

"Tidak, Jack. Ini semua bukan salahmu. Aku tau kamu menyalahkan dirimu sendiri. Semua orang akhirnya akan mati, hanya saja beberapa orang mati lebih cepat." Jack menatap layar. Dia menahan dorongan untuk membanting layar itu ke lantai.

Beberapa saat kemudian, pesan itu berlanjut. "Jack, aku akan memberitahumu sesuatu. Dan kamu harus benar-benar mempertimbangkan apa yg akan aku katakan. Kamu pasti merasa sedang jatuh cinta pada Allie. Kebenarannya adalah, kamu hanya ingin meniduri wanita itu. Dan maaf atas kata-kataku, tapi sekali-kali keraslah untuk menjadi tumpul (?). Jack, dia bukan satu-satunya untukmu. Dia akan membuat hidupmu menderita. Ya, pada akhirnya kamu akan mempunyai keberanian untuk mengajakmu kencan. Dia juga menyukaimu. Dia mengira kamu akan menjadi "proyek" yg bagus. Menyedihkan sekali, untuknya, bukan kamu. Aku ingin kamu mengingat kembali apa yg dia katakan. Kenapa dia berpisah dengan pasangannya terakhir kali ?"

"Karena Allie mengkhianatinya."Jack bergumam pada dirinya sendiri.

 "Karena dia mengkhianati kekasihnya, Jack. Hal yg sama akan dia lakukan padamu. Dia mungkin membuatmu bahagia selama dua bulan ini, lalu kemudian membuatmu menderita empat tahun kedepan. Diam-diam menertawakanmu di belakang, menghabisakan semua uangmu. Saat kamu berpisah dengannya, kamu pasti merasa sangat lelah dan tidak akan pernah ingin untuk memulai hubungan yg baru. Ini benar, Jack. Aku melihat semua kemungkinan di masa depan, yg akan kamu lewati dan yg tidak. Kamu sudah melihat Allie yg sebenarnya Jack, tapi kamu membiarkan nafsu membutakan kebenaran. Bersama-sama, kita berdua telah memastikan kamu tidak mengalami semua hal buruk itu. Satu lagi Jack, semua ini belum berakhir. Permainan ini masih berlanjut."

"Tidak! Sialan kamu! Kamu telah membunuhnya!" Jack menjerit dan melemparkan monitornya ke lantai dan hancur seketika.

Jack tidak tidur malam itu, dan paginya dia tidak yakin akan pergi bekerja. Tapi kata-kata terakhir pesan itu menggelitik keingintahuannya dan sedikit meredakan amarahnya. Tidak ada pekerjaan yg dia lakukan hari itu. Perusahaan mengadakan konseling, mereka berbagi pikiran, menangis dan saling berpelukan. James selamat dari kecelakaan itu, tapi dia koma. Para dokter mengatakan dia akan sembuh, tapi tidak ada yg benar-benar yakin.

Menjelang sore, Jack di hampiri oleh Diego Salbara, kepala divisi. Diego sedikit kasar tapi jujur, dia menawarkan posisi James kepadanya. Secara teknis ini akan menjadi promosi sementara, tapi James tidak akan kembali dalam waktu dekat. Diego berjanji padanya promosi akan dibuat permanen setelah beberapa waktu.

"Mari kita rahasiakan untuk saat ini," Diego berkata. "Ini mungkin terlalu cepat, tapi proyek Lancaster yg James kerjakan tidak bisa dihentikan. Proyek ini sangat penting. Aku membutuhkan seseorang yg bisa bertanggung jawab atas proyek itu secepatnya, ini tidak bisa ditunda."

Dengan tertegun, Jack menerima promosi itu. Dia pulang dengan perasaan yg aneh, dia tidak yakin dengan apapun. Di perjalanan, dia berhenti di toko elektronik dan membeli monitor baru. Dia langsung menghidupkan komputer sesampainya di rumah. Sekali lagi pesan itu tertulis di layar.

"Jack, aku ingin jadi yg pertama mengucapkan selamat padamu! Aku bangga dengan apa yg kamu capai."

Jack manatap layar itu.

"Jack, aku berhutang minta maaf padamu karena belum memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Peramal. Seperti yg aku katakan sebelumnya, aku melihat apa yg akan terjadi, dan apa yg mungkin terjadi. Ini adalah anugrah yg aku terima. Tapi kamu tau, Jack? Dengan semua kemampuanku, aku belum pernah melakukannya secara langsung. Aku bisa memprediksi, bisa melihat dan dengan sedikit usaha bisa berkomunikasi. Tapi aku tidak memiliki tubuh, hal yg telah diambil dariku sudah lama.. lama sekali. Itulah mengapa aku membutuhkanmu, Jack. Aku adalah seorang seniman, seniman dalam memanipulasi manusia. Kamu akan menjadi kuas dan kanvasku. Aku ingin kamu bekerja denganku Jack. Sangat sederhana, kerjakan tugas kecil yg ku berikan, dari waktu ke waktu."

Jack menjadi semakin penasaran.

"Dan Jack, sebelum kamu memberiku jawaban, aku ingin kamu tau beberapa hal. Yg pertama, aku tidak akan pernah berbohong kepadamu. Kedua, aku tidak akan memintamu melakukan kejahatan ataupun hal yg ilegal. Benar, bisa saja terjadi hal yg buruk, bisa saja ada orang yg mati. Tapi akhirnya mereka akan mati juga kan, Jack? Dan kejadian buruk itu akan diimbangi dengan hal baik yg terjadi padamu."

Jack meringis dengan gagasan yg terakhir, dia melawan keinginan untuk mematikan komputer. Sang peramal benar. Semua orang akhirnya akan mati, mengapa tidak membiarkan sesuatu yg baik terjadi karena hal itu? Lalu bagaimana dengan Sang Peramal tidak akan pernah berbohong? Jika dia tau Allie akan mati, Jack tidak akan melakukan semua itu. Tapi saat Jack memikirkannya lebih dalam, dia menyadari Sang Peramal tidak pernah berbohong kepadanya, hanya menyembunyikan informasi. Tapi, Jack masih ragu apakah dia harus mempercayainya.

"Bekerjalah denganku, Jack, bersama kita akan membuat hal yg menakjubkan. Aku hanya memintamu melakukan tugas kecil dari waktu ke waktu. Oh, tapi tugas kecil itu akan menimbulkan konsekuensi yg besar! Konsekuensi yg indah Jack, dan semuanya akan diakhiri dengan imbalan bagimu. Itulah keindahan dari karya seniku, sebuah tugas kecil akan menimbulkan hal yg baik dan buruk. Oh, dan yg terakhir Jack, aku bisa melihat kamu ragu-ragu dengan keputusan ini. Jika aku berhenti bicara padamu sekarang, akan membutuhkan waktu satu atau dua minggu untukmu untuk memutuskan bergabung denganku. Tapi apa kamu tau Jack, kamu AKAN bergabung denganku. Benar, kamu akan mengatakan ya. Jadi daripada menunggu, mengapa tidak kamu katakan ya saja sekarang? Ayo segera kita mulai Jack. Dan saat semuanya berakhir, kamu akan berterimakasih padaku. Aku janji."

Jack mempertimbangkan apa yg dikatakan si peramal. Perasaan yg awalnya menolak, perlahan memudar. Dia terdiam, kemudian untuk pertama kalinya, dia menyentuh keyboardnya dan menulis, "Apa yg harus aku lakukan selanjutnya?"

-------------------------------------------------

Tahun berganti, Jack melakukan semua permintaan Sang Peramal, dan sebagaimana yg dijanjikan , Jack menerima imbalan atas semua pekerjaannya. Imbalan itu sering datang dengan cara yg tak terduga dan menarik. Salah satu hal paling berkesan bagi Jack adalah dua tahun setelah Jack pertama kali setuju untuk bekerja dengan Sang Peramal.

"Jack, aku ingin kamu pergi ke pusat kota besok," permintaan Sang Peramal. "Masuklah ke Garmin's Liquor tepat pukul 12.37 siang. Seorang pria akan menanyakan sesuatu padamu. Jawaban yg harus kamu berikan adalah 27."

Seperti biasa, Sang Peramal memberi petunjuk yg jelas dan sederhana, tapi misterius. Esok harinya, seperti yg diminta, Jack memasuki toko itu. Di depannya, seorang pekerja konstruksi berbadan kekar sedang berdiri di depan konter lotere.

"Mari kita lihat," kata pekerja itu, "Ulang tahunku tanggal 15, ulang tahun istriku tanggal 24, dan usia anak-anakku, 2, 10 dan 13."

Pria itu menggaruk kepalanya dan melihat ke sekelilingnya, lalu dia melihat Jack, "Hey kawan, aku butuh nomor lain. Kamu punya nomor untukku?"

Jack tersenyum, "27."

"Sungguh? Aku sedang berpikir untuk memasang 35. Tapi kamu tau, aku suka padamu, ayo kita pasang 27."

Dengan itu, si pekerja selesai memasang lotere dan membayarnya. "Sampai jumpa, kawan!" dia berkata dengan riang dan menepuk pundak Jack saat dia berjalan keluar.

Jack berusaha tidak memikirkan apa yg akan terjadi pada pria itu. "Biarkan saja Jack, kamu tidak bisa menebak bagaimana semua ini akan terjadi, biarkan dirimu dikejutkan dengan hasilnya." Sang Peramal memberinya nasihat. Namun tidak mungkin dia tidak penasaran dengan apa yg terjadi dari waktu ke waktu. Dia tau, mengingat bagaimana cara peramal itu bekerja, tidak mungkin Jack benar-benar membantu pria ini. Tapi memberinya nomor lotere yg salah? Rasanya terlalu sederhana untuk Sang Peramal. Dan dia tidak bisa membayangkan jika dirinya memberi pria itu nomor lotere yg benar. Jadi begitulah cara Jack terkejut, saat dua minggu kemudian dia bertemu dengan pekerja itu lagi di sebuah toko serba ada.

"Hey kawan! Ternyata kamu! Aku ingat kamu! Lihatlah, aku menang!"Memang, pria itu terlihat seperti jutawan. Dengan memakai baju baru, jam tangan emas baru, dan senyum konyol yg lebar, pria itu langsung mendekati Jack.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi, tapi aku sangat senang. Aku tidak mungkin menang tanpa kamu. Hei, biar aku yg bayar belanjaanmu. Tidak, itu tidak cukup baik untukmu, kamu adalah jimat keberuntunganku. Aku harus memperlakukan orang dengan benar, itu yg ibuku katakan."

Sambil merogoh sakunya, pria itu mengeluarkan buku cek nya dan langsung menulis cek sebesar 10.000 dollar untu Jack. "Paling tidak ini yg bisa kulakukan untukmu."

Setelah berterimakasih dan merasa kebingungan dengan apa yg terjadi, Jack bergegas pulang dan menuju komputernya. Setelah menghidupkan komputer, Jack melihat pesan sang peramal di layarnya, "Jack, bagaimana rasanya punya uang 10.000 dollar ?!"

"Rasanya hebat. Tapi aku sangat penasaran, kita tidak penah menolong seseorang sebelumnya. Kenapa kita melakukannya sekarang?" Jack bertanya dengan sedikit rasa bersalah. Dia tidak pernah suka mengakui bahwa orang lain akan terluka oleh perbuatannya, tapi dalam kasus ini rasa bersalah membanjiri dirinya.

"Oh Jack, kita tidak pernah menolong seorang pun. Benar, pria itu bahagia sekarang, tapi dia akan kehilangan setiap sen uangnya dalam dua tahun. Kamu melihatnya sendiri, dia memberikan uangnya dengan mudah. Teman lama, saudara jauh, mereka akan datang dan meminta uang padanya. Akan ada investasi yg buruk juga. Rasa stress karena kehilangan uang akan membuat istrinya meninggalkannya. Istrinya akan membawa anaknya juga. Dia akan sendirian dan merana, seorang pria yg hancur yg akan memilih untuk tidak menang lotere jika dia tau semua itu akan terjadi. Kamu tidak harus merasa bersalah Jack, kebodohan dan keserakahannya yg mengakibatkan semua itu."

Jack merasa bersalah, tapi perkataan sang peramal sangat masuk akal, dan dia merasa tenang kembali mengingat imbalan yg dia terima.

Selama bertahun-tahun, tidak ada dua tugas yg terlihat mirip. Kadang efek dari perbuatannya terlihat dengan mudah dan jelas, dilain waktu perbuatannya menyebabkan reaksi beruntun yg begitu rumit sehingga Jack pun tidak habis mengerti.

"Pergilah ke Kantor Administrasi Kota, parkir di lahan nomor 43 pukul 4.47 siang." datanglah suatu tugas. Jack melakukannya, dan dua bulan kemudian dia bertemu Donna yg membuatnya jatuh cinta dan menikah. Dia bahkan tidak akan tau bahwa dua kejadian itu saling berkaitan jika dia tidak mengingat Sang Peramal.

"Jack, saat kamu parkir di tempat itu, kamu membuat orang yg seharusnya berada disana parkir di tempat lain, tapi wanita itu menabrak sebuah mobil di sebelahnya. Dia hampir tidak membuat goresan, tapi dia akhirnya menelepon agen asuransinya, dan membuatnya terlambat datang ke kantor. Dia ketinggalan kereta menuju rumahnya, dan sambil menunggu kereta selanjutnya, dia dirampok dan ditusuk, dia tidak bisa sembuh sepenuhnya. Si perampok mengambil kartu kreditnya dan menggunakannya.. dan Jack aku bisa saja meneruskan cerita ini tapi ada dua puluh tiga orang yg terlibat. Terkadang semua ini akan menjadi sangat rumit, tapi katakan saja bahwa tindakanmu membuatmu bertemu dengan Donna di waktu dan tempat yg tepat."

Hubungan Jack dan Sang Peramal terus menguat. Meskipun sebagian besar masih misteri, tapi Sang Peramal dari waktu ke waktu menceritakan tentang sejarah dirinya. Melihat dari sejarahnya, Sang Peramal mungkin berusia ribuan tahun. Ketika masih hidup, dia adalah seorang seniman dan peramal yg hebat, yg meramalkan masa depan melalui lukisan. Seorang raja bodoh, yg salah menafsirkan ramalannya dan akhirnya kalah dalam peperangan, memerintahkan Sang Peramal di eksekusi. Tidak terbebani oleh kekuatan fisik, walaupun berada dalam kehampaan dan kesepian, kemampuan Sang Peramal berkembang semakin hebat. Akhirnya dia belajar berkomukasi dengan orang yg masih hidup, menjangkau orang yg kemungkinan akan menanggapi, termasuk Jack, dan tentu saja Sang Peramal tau segala tentang Jack. Pada akhirnya Jack berteman dengan arwah orang mati dan Jack sangat berterimakasih padanya. Jack memiliki pekerjaan yg bagus, rumah yg bagus, istri yg cantik, dan orang-orang menghormatinya. Dia bahagia, sesuatu yg tidak dia rasakan sebelum bertemu dengan Sang Peramal.

Semua itu sudah berjalan selama 12 tahun, 12 tahun terbaik yg Jack miliki. Tugas demi tugas telah selesai, biasanya satu tugas setiap bulan. Jack, yg sedang duduk di ruang kerja rumahnya yg besar, sekali lagi menerima pesan dari Sang Peramal.

"Hai Jack, aku ingin meminta sesuatu padamu. Kali ini sangat mudah, kamu bahkan tidak perlu bangun dari dudukmu. Telpon Riago's Pizza tepat dua menit lagi, biarkan telepon berdering tiga kali, lalu kamu tutup."

Jack tersenyum, mudah sekali. Dia tidak bertanya-tanya lagi bagaimana semua ini akan dimainkan. Dia mempercayai Sang Peramal dan akan melakukan apa yg dia katakan. Jack menelpon tepat dua menit kemudian.

Keheningan dalam rumah itu pecah saat tiga puluh menit kemudian bel pintu depan berdering. "Aneh sekali," pikir Jack. Baik Donna maupun dirinya tidak sedang menunggu seseorang. Jack mengintip dari lubang pintu dan melihat seorang anak pengantar pizza. Logo di topinya tertulis "Riago's Pizza".

Jack membuka pintu, "Ini pesanan anda."Anak itu berkata sambil menyerahkan kotak pizza ketangan Jack.

"Tapi aku tidak memesan ini," Jack menolak.

"Dengar, aku tidak peduli kamu memesan ini atau tidak. Tuan Riago menyuruhku mengantarnya ke alamat ini, jadi aku lakukan." kata bocah pengirim pizza itu, anak itu terlihat kesal dan meludahi semak-semak.

Jack menatap anak itu. Sepertinya dia berusia sekitar tujuh belas tahun, tapi hal yg sangat menonjol darinya adalah tubuhnya yg besar. Mungkin tingginya sekitar 195cm dan dia bertubuh besar dan kekar.

"Pesanannya sudah dibayar dengan kartu kredit, ambil saja, karena aku tidak bisa membawanya kembali." Anak itu mengangkat tanganya untuk meminta tips.

"Aku tidak punya uang tunai." Jack mengatakan yg sebenarnya.

"Terserah," terdengar jawaban bernada kesal. Anak itu memandang melewati Jack kedalam rumah, lalu berbalik dan berjalan ke arah mobilnya, masih memandangi Jack.

Jack menutup pintu dan membawa pizza itu ke ruang tangah, dimana Donna sedang menonton TV. Setelah menjelaskan apa yg terjadi, dia berkata akan ke ruang kerjanya sebentar dan akan segera kembali.

Donna membuka pizza itu dan mengambilnya sepotong, "Cepat kesini sayang, semua topping di pizza ini kesukaanmu." Donna tersenyum sambil menggigit sepotong pizza. 

Menghampiri komputernya, Jack melihat pesan Sang Peramal di layar monitornya. "Bingung, Jack?! Tidak usah bingung. Tetanggamu yg pesan pizza itu. Tuan Riago memberitahu anak itu alamat yg benar, dia yg salah karena dia tidak bisa mendengar alamatnya dengan jelas karena dering telepon. Tetap saja, beri anak itu tips, dia masih ada di luar."

"Jadi imbalanku adalah pizza?" Jack membalas, sedikit kebingungan.

"Benar Jack, imbalanmu adalah pizza, juga sedikit waktu untuk kamu habiskan berdua bersama istrimu. Turunlah ke bawah, nikmati pizza itu. Setelah selesai, bermesraanlah dengan Donna. Itu bukan tugas, tapi anjuran yg aku berikan padamu. Oh, ngomong-ngomong tetanggamu yg memesan pizza sedang marah-marah sekarang karena pizzanya tidak sampai juga. Aku terkejut melihat orang-orang bedebat untuk alasan yg bodoh, dan mereka melakukannya. Pertengkaran mereka sangat sengit, tapi kamu tidak perlu khawatir. Pergilah, nikmati malam ini."

Jack mengikuti nasihat Sang Peramal, memeluk Donna sambil menikmati pizza bersama, lalu bercinta di sofa mereka yg besar dan nyaman. Donna tertidur di sofa tak lama setelah waktu menujukkan pukul 11 malam. Jack terbangun dan berbaring disana, ini sangat menyenangkan, tapi aneh sekali. Dengan hati-hati Jack menarik tangannya yg tertindih Donna, dan meninggalkan ruang tengah menuju ruang kerjanya. Jack duduk di depan komputernya dan mengetik, "Apa kamu ada disana?!"

"Tentu Jack, aku selalu ada disini. Aku sedang menunggumu. Anak pengirim pizza itu, dia sungguh sesuatu bukan?!"

Jack menatap bingung ke arah layar..

Sang peramal melanjutkan, "Dia adalah karyawan yg buruk. Dia baru diterima kerja tiga hari lalu dan sekarang dia sudah akan di pecat. Tapi dia sangat kuat, cepat dan SANGAT teliti. Contohnya, dia menyadari kamu tidak mengunci pintu setelah menerima pizza itu."

"Apa?!" Jack berseru dan hampir bangun dari tempat duduknya.

"Duduklah Jack. Aku akan memberitahumu sesuatu yg penting, dan mengunci pintu sekarang tidak akan merubah apapun."

Jack perlahan-lahan duduk kembali, sambil melihat kebelakangnnya.

"Kamu tau Jack, aku tidak pernah berbohong padamu. Semua yg aku katakan 100% jujur. Tapi ya, aku menahan beberapa fakta. Kamu tau, aku sudah mengatakan padamu bahwa setiap tugas mungkin akan memberikan dampak buruk pada seseorang dan menguntungkanmu, tapi ada hal lain. Ada tujuan akhir dari setiap tugas yg aku berikan. Kamu ingat Allie? Pasti kamu ingat. Apa yg mungkin tidak kamu ingat adalah dia membantu membiayai sekolah adiknya. Saat Allie meninggal, adiknya harus keluar sekolah. Dia seharusnya jadi psikolog yg hebat, tapi sekarang dia hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Kasihan sekali anak pengantar pizza itu, seharusnya dia mendapat terapi yg bagus beberapa tahun lalu, tapi psikologis yg hebat itu tidak ada untuknya, dia malah di bawa ke dukun. Dan kamu ingat pria yg memenangkan lotere? Pasti kamu ingat. Dia adalah tetangga anak itu, setelah pria itu bangkrut tentu saja. Pria itu memukuli anak pengantar pizza itu tanpa ampun saat dia tak sengaja melompat kedepan mobilnya. Sungguh kejadian yg sangat traumatik. Ibunya tidak peduli dengan kejadian itu, tidak melindungi anak itu sama sekali. Ibunya tidak bisa melindunginya, tidak setelah dia dicekoki narkoba oleh pacarnya yg ternyata adalah perampok yg merampok dan menusuk wanita di parkiran. Dia membeli narkoba dari hasilnya merampok wanita itu. Bukankah sekarang kamu sudah melihat hasil karyaku ?!"

 Jack terduduk sambil menatap layar. Dia ingin bangkit dan melihat Donna, tapi dia terlalu takut untuk bergerak.

Sang Peramal melanjutkan," Jack, kamu sudah melakukan banyak tugas untukku, dan semuanya mempunyai satu tujuan, untuk menghancurkan anak ini secara mental, mengubahnya menjadi seorang monster, dan untuk membawanya kesini malam ini. Tidakkah kamu melihat Jack? Semua ini melibatkan ratusan orang, dan berjuta-juta kemungkinan. Jika saja kamu gagal melakukan satu tugas, semua rantai kejadian akan terputus. Semua ini di kendalikan olehku, dan dijalankan olehmu. Bersama-sama kita telah melakukan hal yg menakjubkan, ini adalah mahakarya dalam seni memanipulasi manusia. Karya seni kita berdua. Dan semua ini bermula dan berakhir pada dirimu, dua poin sekaligus. Malam ini, alamat yg salah, tidak ada uang tips, dan anak ini akhirnya murka. Dia ada dibawah sekarang. Sedang menggorok leher Donna, tepat saat ini."

Jack bisa mendengar suara jeritan pendek, teredam dari ruang tengah, diikuti oleh suara berdeguk.

"Tidak!" Jack berteriak kencang dan berdiri dari duduknya, berusaha untuk lari ke bawah.

"Jack, berhenti!" Sebuah suara mengejutkan Jack. Suara itu dari dalam kepalanya. Untuk pertama kalinya, Sang Peramal berbicara langsung padanya. Suara yg sangat menyenangkan, suara wanita. "Kamu tidak bisa melakukan apapun, dia sudah mati. Anak itu akan segera menemukanmu, kamu tidak akan bisa lari."

"Tapi, kenapa?!" Jack menangis, air mata menggenangi matanya.

"Semua ini bukanlah mahakarya jika tidak di mulai dan diakhiri dengan dirimu, Jack." Suaranya menenangkan. "Aku ingin kamu menghargai kenyataan aku mau bicara langsung padamu. Bicara secara langsung membuatku kehilangan banyak energi, dan sebagai hasilnya, aku harus beristirahat beberapa tahun sebelum mulai menghubungi orang lain. Itulah kenapa kamu sangat spesial Jack. Tolong jangan merasa tidak enak, Jack. Aku ingin kamu menikmati pencapaian kita ini sebanyak yg aku rasakan. " Suara itu berhenti sejenak, lalu dia melanjutkan, "Kamu tau Jack, jika aku tidak menghubungimu, kamu akan hidup sampai usia 85 tahun. 85 tahun yg membosankan, tidak berarti dan penuh kepahitan. Dan saat kamu mati, tidak akan ada yg menghadiri pemakamanmu. Aku telah memberimu dua puluh tahun yg hebat dan penuh arti. Kamu merasakan kebahagiaan, dan bersama kita telah menciptakan mahakarya yg indah dan unik."

Jack tertegun memikirkan 12 tahun yg dia lalui dengan kebahagiaan, air mata penyesalan bercampur dengan air mata bahagia. Dia berbalik dan menatap monitor, dimana di belakangnya anak itu sudah berdiri di ambang pintu dengan pisau penuh darah di tangan kirinya.

Di layar monitor, tertulis kata terakhir Sang peramal,  "Apa kamu punya kata-kata terakhir untukku,  Jack? "

Jack menghapus air matanya. Ia berhasil mencerna apa yg telah dikatakan sang peramal.

Ketika anak itu mulai mendekatinya, Jack  mengucapkan kata terakhirnya. "Terima kasih."


Credit : Thomas O
Post On : creepypasta.com
Translator : mayaaa18

No comments:

Post a Comment

[5] URBAN LEGEND PALING MENAKUTKAN DARI SELURUH AMERIKA (5)

14. Indiana : Diana of The Dunes dan The 100 Steps Cemetary Makam Alice "Diana of the Dunes" Mabel Grey. Source : Google ...