Namaku Nina Rodriguez, aku adalah seorang petugas kepolisian selama tujuh tahun terakhir. Selama di kepolisian, aku mangalami banyak hal, seperti pecandu narkoba yg gila, orang tau yg kasar, bahkan orang-orang yg minta bantuan karena bunuh diri. Tapi dari semua hal yg terjadi, tak ada yg bisa dibandingkan dengan panggilan darurat yg ku terima bulan lalu.
-----
Sekarang aku sangat benci jika harus mengangkat panggilan darurat, buka karena khawatir orang-orang akan menelepon tentang suara tikus di rumah mereka, keluhan akan kebisingan, atau bahkan panggilan iseng, yg memang itu bisa sangat mengganggu. Tidak, hal terburuk dari menerima telepon darurat adalah aku harus duduk di sisi lain telepon, dan seberapa besar pun aku berharap atau seberapa cepat pun mobil patroli sampai kesana, tetap tak memiliki kuasa atas situasi yg terjadi. Sayangnya seperti situasi yg satu ini :
Hari itu sama seperti hari yg lain, monoton seperti biasanya. Saat itu Rabu malam, dan waktu jagaku masih sangat jauh dari selesai. Jangan salah, aku sangat senang menjadi petugas kepolisian, tapi aku tidak mendaftar untuk menjadu seorang sekretaris. Aku menghela nafas dan membolak-balik berkas di mejaku, tanpa sadar membaca seluruh laporan dari pagi. Tak ada hal penting. Tak ada kasus tabrak lari, perampokan ataupun kekerasan. Kehidupan di kota ini tidak terlalu membutuhkan banyak polisi seperti katakanlah kota besar. Telepon di mejaku berdering, membangunkanku dari lamunanku.
"911, apakah ada hal yg darurat, nyonya?!", aku berkata dengan suara monokrom.
"Tolong, aku butuh bantuan," jawab suara kecil seorang wanita. Aku membungkuk kedepan.
"Apakah ada hal yg darurat, nyonya?!" aku mengulang pertanyaan sambil menyiapkan kertas dan pena.
"Ada seseorang di sepan rumahku, dia sedang berdiri," dia berkata dengan ketakutan. Ini bukan kasus yg aneh. Ada beberapa kasus orang melaporkan tentang seorang penguntit gila.
"Sekarang, tetap tenang. Semuanya akan baik-baik saja." Aku berkata dengan suara lembut dan meyakinkan. Kulanjutkan dengan pertanyaan standar. "Sudah berapa lama orang itu disana nyonya?!"
"Saya tidak tau. Beberapa saat lalu saya melihat ke jendela dan dia ada sudah ada disana. Dia muncul beberapa saat setelah langit mulai gelap. Sekitar sejam yg lalu. Dan dia tidak bergerak sedikitpun dan masih memandangiku." Aku berhenti menulis, ini mulai terasa aneh bagiku, seseorang hanya diam berdiri, tidak bergerak maupun menoleh sedikitpun. Siapapun dia, aku merasa orang ini akan berbahaya.
"Baiklah, Nyonya. Kami akan mengirimkan petugas kesana. Siapa nama anda dan dimana alamat rumah anda ?!"
"Elizabeth Traville, 1465 Wellington Rd." Sambil bergumam, aku menuliskan alamat itu, dan memberikannya kepada seorang petugas dan dia langsung berangkat kesana.
"Baiklah, Nyonya. Kami sudah mengirimkan seorang petugas kesana." Aku bisa mendengar desahan lega.
"Untuk saat ini," lanjutku "bisakah anda menjelaskan pada saya bagaimana orang itu, apakah anda mengenalnya?!" Aku bertanya untuk mengidentifikasi pelakunya. Memastikan Elizabeth aman adalah hal terpenting saat ini.
"Sepertinya saya tidak mengenal dia atau orang yg berperawakan sepertinya.Dia.. Tinggi, sangat tinggi, pucat dan kurus. Dan dia.. sepertinya telanjang. Tapi dia terlalu jauh untuk diamati."
"Baik. Bisakan anda melihat wajahnya, tolong jelaskan pada saya."
"Tidak, terlalu gelap. Dan aku bingung untuk menjelaskannya, yg pasti dia sedang melihat ke arahku sejak tadi."
"Apakah anda menguci pintu?!"
"Sepertinya pintu belakang belum terkunci, saya akan menguncinya."
"Baiklah, saya akan tetap terhubung," aku mendengar Elizabeth berjalan kemudian suara klik kunci yg diputar..
-----
"Saya sudah kembali, semua pintu sudah dikunci dan orang itu.."suaranya berhenti.
"Orang itu kenapa, Nyonya?!"tanyaku.
"Nyonya?!" Aku merasakan kegelisahan yg bertambah seiring dengan keheningan yg terjadi.Keheningan itu terasa sangat panjang sampai kemudian dia kembali bicara dengan nada yg lebih pelan.
"Dia lebih dekat sekarang. Tadi dia ada di pinggiran hutan beberapa puluh meter dari rumah saya, sekarang jaraknya sudah setengahnya."
"Anda harus tetap tenang. Sekarang karena dia lebih dekat, bisakah anda melihat bagaimana rupanya?!"
"Dia sangat aneh. Dia telanjang tapi saya tidak bisa melihat kelamin atau rambutnya atau..hal lainnya. Dia seperti memakai setelan kulit yg ketat. Saya masih tidak bisa melihat wajahnya, tapi dia seperti cacat di beberapa bagian tubuh. Dia masih menatapku, itu mengerikan."
"Baiklah, Nyonya. Saya ingin anda mencari tempat yg aman dan kunci tempat itu jika terjadi sesuatu yg salah." Aku berkata setenang mungkin agar dia tidak semakin ketakutan.
"Y-yeah, baik. Kamarku bisa dikunci dan kamar mandi.." dia berhenti lagi dan aku bisa mendengar suara rengekan kecil.
"Nyonya?! Apa semuanya baik-baik saja ?!"
"Dia mulai mendekat" suaranya sangat pelan. Jika saja aku tidak fokus, mungkin aku tidak bisa mendengarnya.
"Nyonya?!"
"Dia sudah sangat dekat. Aku hanya melamun sambil melihat kamar mandiku, tapi dia sudah melewati sekitar 30 meter mendekati rumah. Setidaknya sekarang aku bisa melihat... Oh Tuhan!!"
"Nyonya?!" Suaraku mengecil, sekarang aku duduk hampir di ujung kursiku.
"Ya Tuhan, wajahnya.. Saya bisa melihat wajahnya menempel ke jendela. Mengerikan! Matanya sangat besar, seperti bola berwarna hitam yg menggelembung keluar dari kepalanya, dan dia memiliki.. senyum yg melebar dari satu telinga ke telinga yg lainnya, atau tempat yg seharusnya jadi telinga."
Elizabeth terisak. Aku harus menjaganya agar tidak histeris, apapun yg ada di balik jendelanya.
"Nyonya, anda harus pergi ke tempat aman sekarang,"aku memberinya perintah. Tidak ada jawaban.
"Nyonya?!"
"Nyo-" kata-kataku terpotong.
"Tolong!!" Suara memohon terdengar dari speaker yg diikuti oleh suara kaca pecah. Telepon di seberang terdengar seperti suara benda plastik jatuh. Elizabeth menjerit denga keras. Dia mengatakan berbagai permohonan, dia memohon untuk dilepaskan, tapi tidak berhasil. Jeritannya menggema, terdengar semakin jauh sampai aku tidak bisa mendengarnya lagi. Tidak ada apa-apa kecuali keheningan yg merangkak seiring berjalannya waktu. Aku tak tau berapa lama aku terduduk menunggu sesuatu, apapun itu. Aku tanpa sadar menggenggam telepon dengan sangat keras, sampai terdengar suara sirene mobil polisi dan telepon pun terputus. Mobil polisi yg aku kirim kesana bahkan tidak sampai lima belas menit yg lalu.
Original Author : Cinderelly
Post on : http://www.creepypasta.org
-----
Sekarang aku sangat benci jika harus mengangkat panggilan darurat, buka karena khawatir orang-orang akan menelepon tentang suara tikus di rumah mereka, keluhan akan kebisingan, atau bahkan panggilan iseng, yg memang itu bisa sangat mengganggu. Tidak, hal terburuk dari menerima telepon darurat adalah aku harus duduk di sisi lain telepon, dan seberapa besar pun aku berharap atau seberapa cepat pun mobil patroli sampai kesana, tetap tak memiliki kuasa atas situasi yg terjadi. Sayangnya seperti situasi yg satu ini :
Hari itu sama seperti hari yg lain, monoton seperti biasanya. Saat itu Rabu malam, dan waktu jagaku masih sangat jauh dari selesai. Jangan salah, aku sangat senang menjadi petugas kepolisian, tapi aku tidak mendaftar untuk menjadu seorang sekretaris. Aku menghela nafas dan membolak-balik berkas di mejaku, tanpa sadar membaca seluruh laporan dari pagi. Tak ada hal penting. Tak ada kasus tabrak lari, perampokan ataupun kekerasan. Kehidupan di kota ini tidak terlalu membutuhkan banyak polisi seperti katakanlah kota besar. Telepon di mejaku berdering, membangunkanku dari lamunanku.
"911, apakah ada hal yg darurat, nyonya?!", aku berkata dengan suara monokrom.
"Tolong, aku butuh bantuan," jawab suara kecil seorang wanita. Aku membungkuk kedepan.
"Apakah ada hal yg darurat, nyonya?!" aku mengulang pertanyaan sambil menyiapkan kertas dan pena.
"Ada seseorang di sepan rumahku, dia sedang berdiri," dia berkata dengan ketakutan. Ini bukan kasus yg aneh. Ada beberapa kasus orang melaporkan tentang seorang penguntit gila.
"Sekarang, tetap tenang. Semuanya akan baik-baik saja." Aku berkata dengan suara lembut dan meyakinkan. Kulanjutkan dengan pertanyaan standar. "Sudah berapa lama orang itu disana nyonya?!"
"Saya tidak tau. Beberapa saat lalu saya melihat ke jendela dan dia ada sudah ada disana. Dia muncul beberapa saat setelah langit mulai gelap. Sekitar sejam yg lalu. Dan dia tidak bergerak sedikitpun dan masih memandangiku." Aku berhenti menulis, ini mulai terasa aneh bagiku, seseorang hanya diam berdiri, tidak bergerak maupun menoleh sedikitpun. Siapapun dia, aku merasa orang ini akan berbahaya.
"Baiklah, Nyonya. Kami akan mengirimkan petugas kesana. Siapa nama anda dan dimana alamat rumah anda ?!"
"Elizabeth Traville, 1465 Wellington Rd." Sambil bergumam, aku menuliskan alamat itu, dan memberikannya kepada seorang petugas dan dia langsung berangkat kesana.
"Baiklah, Nyonya. Kami sudah mengirimkan seorang petugas kesana." Aku bisa mendengar desahan lega.
"Untuk saat ini," lanjutku "bisakah anda menjelaskan pada saya bagaimana orang itu, apakah anda mengenalnya?!" Aku bertanya untuk mengidentifikasi pelakunya. Memastikan Elizabeth aman adalah hal terpenting saat ini.
"Sepertinya saya tidak mengenal dia atau orang yg berperawakan sepertinya.Dia.. Tinggi, sangat tinggi, pucat dan kurus. Dan dia.. sepertinya telanjang. Tapi dia terlalu jauh untuk diamati."
"Baik. Bisakan anda melihat wajahnya, tolong jelaskan pada saya."
"Tidak, terlalu gelap. Dan aku bingung untuk menjelaskannya, yg pasti dia sedang melihat ke arahku sejak tadi."
Source : Google |
"Apakah anda menguci pintu?!"
"Sepertinya pintu belakang belum terkunci, saya akan menguncinya."
"Baiklah, saya akan tetap terhubung," aku mendengar Elizabeth berjalan kemudian suara klik kunci yg diputar..
-----
"Saya sudah kembali, semua pintu sudah dikunci dan orang itu.."suaranya berhenti.
"Orang itu kenapa, Nyonya?!"tanyaku.
"Nyonya?!" Aku merasakan kegelisahan yg bertambah seiring dengan keheningan yg terjadi.Keheningan itu terasa sangat panjang sampai kemudian dia kembali bicara dengan nada yg lebih pelan.
"Dia lebih dekat sekarang. Tadi dia ada di pinggiran hutan beberapa puluh meter dari rumah saya, sekarang jaraknya sudah setengahnya."
"Anda harus tetap tenang. Sekarang karena dia lebih dekat, bisakah anda melihat bagaimana rupanya?!"
"Dia sangat aneh. Dia telanjang tapi saya tidak bisa melihat kelamin atau rambutnya atau..hal lainnya. Dia seperti memakai setelan kulit yg ketat. Saya masih tidak bisa melihat wajahnya, tapi dia seperti cacat di beberapa bagian tubuh. Dia masih menatapku, itu mengerikan."
Source : Google |
"Baiklah, Nyonya. Saya ingin anda mencari tempat yg aman dan kunci tempat itu jika terjadi sesuatu yg salah." Aku berkata setenang mungkin agar dia tidak semakin ketakutan.
"Y-yeah, baik. Kamarku bisa dikunci dan kamar mandi.." dia berhenti lagi dan aku bisa mendengar suara rengekan kecil.
"Nyonya?! Apa semuanya baik-baik saja ?!"
"Dia mulai mendekat" suaranya sangat pelan. Jika saja aku tidak fokus, mungkin aku tidak bisa mendengarnya.
"Nyonya?!"
"Dia sudah sangat dekat. Aku hanya melamun sambil melihat kamar mandiku, tapi dia sudah melewati sekitar 30 meter mendekati rumah. Setidaknya sekarang aku bisa melihat... Oh Tuhan!!"
"Nyonya?!" Suaraku mengecil, sekarang aku duduk hampir di ujung kursiku.
"Ya Tuhan, wajahnya.. Saya bisa melihat wajahnya menempel ke jendela. Mengerikan! Matanya sangat besar, seperti bola berwarna hitam yg menggelembung keluar dari kepalanya, dan dia memiliki.. senyum yg melebar dari satu telinga ke telinga yg lainnya, atau tempat yg seharusnya jadi telinga."
Source : Google |
Elizabeth terisak. Aku harus menjaganya agar tidak histeris, apapun yg ada di balik jendelanya.
"Nyonya, anda harus pergi ke tempat aman sekarang,"aku memberinya perintah. Tidak ada jawaban.
"Nyonya?!"
"Nyo-" kata-kataku terpotong.
"Tolong!!" Suara memohon terdengar dari speaker yg diikuti oleh suara kaca pecah. Telepon di seberang terdengar seperti suara benda plastik jatuh. Elizabeth menjerit denga keras. Dia mengatakan berbagai permohonan, dia memohon untuk dilepaskan, tapi tidak berhasil. Jeritannya menggema, terdengar semakin jauh sampai aku tidak bisa mendengarnya lagi. Tidak ada apa-apa kecuali keheningan yg merangkak seiring berjalannya waktu. Aku tak tau berapa lama aku terduduk menunggu sesuatu, apapun itu. Aku tanpa sadar menggenggam telepon dengan sangat keras, sampai terdengar suara sirene mobil polisi dan telepon pun terputus. Mobil polisi yg aku kirim kesana bahkan tidak sampai lima belas menit yg lalu.
Original Author : Cinderelly
Post on : http://www.creepypasta.org
No comments:
Post a Comment